Translate

Jaring Bubu EKA Plastik



SAATNYA BERALIH ALAT TANGKAP RAJUNGAN RAMAH LINGKUNGAN JARING BUBU



Ancaman ekspoitasi perikanan di laut Indonesia Dari sabang sampai merauke selalu mengintai dengan adanya jaring bubu ini lambat laun semakin meminimalisir ancaman tersebut.
Alat tangkap/perangkap rajungan jaring bubu sudah terbukti murah, ramah lingkungan, lebih efisien dan dapat meningkatkan produktifitas nelayan dan kesejahteraan nelayaan
Teknologi bubu ini telah diterapkan di pantai utara jawa yang hasilnya sangat memuaskan, adanya jaring bubu banyak sektor-sektor lain sebagai pendukung dari mulai ikan untuk umpan, industri es batu dan sektor mikro pada umumnya terlibat didalamnya selain ramah lingkungan jaring bubu produksi eka plastik telah berhasil meningkatkan penghasilan nelayan baik yang besar, sedang dan kecil imbasnya pada kesejahteraan para nelayan dan pendapatan negara melalui peningkatan ekspor hasil laut sebesar 2,47 Triliun dari sektor ini ditahun 2012 terus meningkat dari tahun ke tahun sebelumnya
bubu wadong merupakan alat tangkap yang pengoperasiannya mirip dengan perangkap. Bubu yang terbuat dari besi kawat galvanis untuk rangkanya, dilapisi jaring pe, disulam dengan benang d6 biasanya digunakan nelayan tradisional.
Bubu wadong dapat dipasang sampai kedalaman lebih dari 40 meter sedangkan perangkap tradisional hanya mencapai kedalaman tiga meter. Selain itu daya tahan jaring bubu sampai 1 tahun lebih sedangkan alat tangkap lain kurang dari 3 bulan ini sangat membantu porsi kebutuhan alat tangkap nelayan hingga hampir 40 %
Selain ramah lingkungan karena perairan pantai tetap terjaga, jaring bubu juga menciptakan kerjasama antar nelayan sehingga mengurangi konflik yang timbul akibat perebutan wilayah penangkapan.
Perekonomian nelayan juga meningkat karena hasil tangkapan yang diperoleh dalam kondisi segar dan dapat dijual dengan harga tinggi, Cara kerja jaring bubu, menurut survey sangat mudah karena nelayan hanya menaruh umpan berupa ikan ditempat pengait lalu dikancing, jaring bubu dimasukan ke laut dan rajungan pun masuk ke perangkap, sehingga Rajungan dalam kondisi segar dapat dipanen setiap hari.
penangkapan Rajungan yang dilakukan nelayan tradisional dengan menggunakan berbagai alat tangkap dapat mengakibatkan penurunan stok Rajungan Jumbo dan degradasi lingkungan.
Di Wilayah Jawa saat ini telah terpasang 30 ribu/bulan Jaring Bubu di sepanjang pantai Utara Jawa dan produksi Rajunganya memberi kontribusi terbesar perekonomian Indonesia dibidang kelautan
Jaring bubu wadong sendiri diproduksi oleh Eka plastik bubu sebuah kelompok usaha nelayan (Home Industri) yang bisa memproduksi jaring bubu Berbagai Bentuk & Ukuran hingga 100 ribu /bulan karena mutu dan kualitas sudah teruji dilaut serta ukuran yang flexsibel tergantung dari situasi laut itu sendiri dan EKA plastik bercita-cita jaring bubu produksi bisa diekspor ke berbagai Negara didunia sehingga bisa dinikmati oleh nelayan di seluruh dunia.
Sudah saatnya masyarakat nelayan beralih ke jaring bubu terbukti murah, ramah lingkungan, lebih efisien dan meningkatkan produktifitas nelayan yang pada ujungnya kesejateraan nelayan

Kami Siap Bekerja Sama Melayani Partai Kecil, Eceran, Grosir, Reseler/Dropship, Proyek Pengadaan Tender Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia

EKA plastik
Jl. Puri Langgeng IX No.13 Cirebon
Jl. Citemu 19 Cirebon 
Hp. 08115007600 
sms/Wa. 0817260782
BBM = d0216a9e
https://www.facebook.com/jaring.bubu.eka.plastik
https://sumberdayalaut.blogspot.com/
Add caption
Add caption

Bahan Baku Siap Suplai

Kami Juga Menjual



Kawat Seng Bwg 8ml, 10 ml, 12 ml
Tali 1 ml, 4 ml, 6 ml
Jaring Pe 

Jakarta, CNN Indonesia --
Pemberantasan pencurian ikan di perairan Indonesia berdampak langsung pada anjloknya ekspor perikanan Thailand yang berimbas kepada produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.

Data National Economic and Social Development Board (NESDB) Thailand mengungkapkan kontribusi sektor perikanan terhadap PDB Thailand mengalami penurunan drastis. Kontribusi rata-rata sektor perikanan terhadap GDP Thailand selama ini tercatat sebesar 1,6 persen, sedangkan di kuartal III 2015 kontribusinya minus 3,1 persen.

Sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat pada 2013 sampai kuartal II 2014, industri perikanan Thailand mengalami penurunan. Kemudian mulai membaik dari pertengahan kuartal III sampai pertengahan kuartal IV.
 

Namun sejak itu, industri perikanan Thailand terus menurun hingga saat ini. Salah satu penyebab utamanya adalah kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang mulai memberantas kapal penangkap ikan ilegal dan moratorium bekas kapal asing di kuartal IV 2014.

“Hal ini menunjukkan ketergantungan perikanan Thailand dengan pasokan ikan dari Indonesia. Selama setahun terakhir pemberantasan
 illegal fishing, sejumlah kapal berbendera Thailand berhasil ditangkap saat mengambil ikan di perairan Indonesia,” kata Susi, dikutip Rabu (16/12).



Selain sebagai kejahatan perikanan, Susi juga ingin mendorong Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU)Fishing sebagai permasalahan global dan memiliki sifat kejahatan transnasional. Salah satu alasan Susi ingin mengecam lebih luas penangkapan pencuri ikan karena kejahatan ini kerap memfasilitasi pelanggaran lainnya, seperti perdagangan satwa liar, perdagangan senjata, penyelundupan narkoba dan perbudakan.

“Mereka tidak bisa melakukan itu lagi. Saya mendorong penangkapan ikan ilegal menjadi kejahatan transnasional, karena ada terlalu banyak kejahatan lainnya yang berhubungan dengan itu, seperti penyelundupan narkoba,” katanya.

World Wildlife Fund (WWF) dan The Pew Charitable Trusts memperkirakan sebanyak 20 persen dari keseluruhan ikan yang ditangkap secara global merupakan hasil tangkapan ilegal. Setidaknya kegiatan ini bernilai sekitar US$ 23 miliar per tahun, di mana ikan hasil laut Indonesia yang dicuri bernilai sekitar US$ 4 miliar.

“Kami telah mengalami kerugian yang luar biasa dari dampak kapal asing. Dalam 10 tahun terakhir, kami kehilangan 800 ribu rumah tangga nelayan. 115 eksportir ikan bangkrut selama periode yang sama. Banyak nelayan beralih profesi,” tuturnya.
 (gen)

PENGENALAN TERHADAP JARING BUBU WADONG RAJUNGAN




EKA plastik  produsen Jaring Bubu, atau yang mempunyai nama lain dengan sebutan Jaring Wuwu, Jaring Wadong, Jaring Bintur merupakan hasil kerajinan tangan, dengan berbagai bentuk dan ukuran, sesuai dengan selara dan kondisi wilayah. 
Bubu terdiri dari kerangka besi (kawat seng) tahan karat, kerangka disulam dengan jaring PE benang D6  sehingga jarak antar jaring dengan kerangka besi rapat dan kuat, mulut jaring bubu ada 2 terletak disisi kiri dan kanan. Bentuknya mengkerucut kedalam dan berfungsi sebagai jalan masuk rajungan, kepiting totol ataupun kerang (keong) dan lobster. Rangka bubu dibuat tidak permanen dan dapat mudah untuk dibuka dan ditutup, sehingga memudahkan nelayan memasang umpan pada pengait umpan dan menebarnya ke laut yang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Jaring bubu umumnya digunakan untuk menangkap rajungan, tapi dalam perkembangannya jaring bubu juga digunakan untuk menangkap keong dan menangkap Lobster, dengan cara:
Pengait pintu dibuka, disana terdapat besi tempat umpan, pasang ikan (yang berbau menyengat) tusukkan pada besi umpan sebanyak 2 sampai 4 ikan (Proporsional), selanjutnya pintu ditutup, selanjutnya masukkan bubu ke laut. Perlu di ingat Jaring bubu adalah satu diantara alat tangkap yang ramah lingkungan.


Dipantura pulau jawa umumnya dalam 1 perahu (perahu nelayan tradisional) menggunakan 300 sampai 400Pcs jaring bubu yang diikat dalam tali utama 6ml.


Untuk bisa menjalin kerjasama saling menguntungkan pada masa mendatang, kami siap dihubungi.

Untuk Info dan Pemesanan
EKA plastik
Jl. Puri Langgeng IX No.13 Cirebon
Jl. Citemu 19 Cirebon 
Hp. 08115007600 
sms/Wa. 0817260782
BBM = d0216a9e

PERAN PEMERINTAH MENGATASI PENGANGGURAN DIBIDANG SDM KELAUTAN

PERAN PEMERINTAH MENGATASI PENGANGGURAN DIBIDANG SDM KELAUTAN

Berawal dari keprihatinan melihat banyaknya para pemuda-pemuda di usia produktif yang melamar dan bekerja diluar negeri khususnya Korea Selatan dan Taiwan serta Spanyol sebagai nelayan/anak buah kapal dengan gaji antara 5jt sampai 15 jt sangat miris melihat Negara ini yang dianugerahkan oleh Allah swt Negara yang memiliki sumber daya kelautan yang begitu besar tidak bisa di manfaatkan oleh Negara khususnya pemerintah pusat dan daerah padahal kalau ada kemauan Negara dalam mensejahteraahkan rakyatnya banyak cara :

1. Menginvestasikan dengan membeli kapal kapal besar , peralatan penangkapan, dan teknologi modern pendukungnya Membentuk sebuah BUMN yang menangani dan mengakomodir para pengusaha kapal penangkap ikan/rajungan seperti halnya yang diterapkan Negara lain seperti halnya Jepang, Korea dan Spanyol
2. Dengan Panjangnya garis pantai Negara ini diperlukan pelabuhan –pelabuhan perikanan yang mumpuni dan berdaya saing tinggi
3. Mengoptimalkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang selama ini banyak dimanfaatkan Negara-negara lain dengan begitu hasil tangkap dan ekspor kita dibidang simber daya laut bisa ditingkatkan secara signifikan
Semuanya bisa dilakukan selama ada kemauan yang kuat untuk meningkat daya saing, meningkatkan kesejateraan warganya, serta menjadikan Indonesia negara yang maju sejajar dengan Negara adidaya lainya.


semoga dimasa mendatang indonesia menjadi negara yang maju dan kaya serta sejahtera sesuai dengan cita-cita pendiri negara ini 

EKA plastik
Jl. Puri Langgeng IX No.13 Cirebon Jawabarat - Indonesia
Telp. (0231) 9160205
Hp. 08115007600 - 0817260782

BB. 5511CF06
https://www.facebook.com/jaring.bubu.eka.plastik
https://sumberdayalaut.blogspot.com/

INTRODUCTION TO BUBU / WADONG

INTRODUCTION TO BUBU / WADONG

We, EKA plastik is a net producer Bubu, or who has another name as the Nets Wuwu, Wadong Nets, Nets Bintur.Nets of our products is the result of hand-crafted, made with an assortment of shapes and sizes, according to the demands and needs of consumers. Bubu is made of steel frame (wire zinc) corrosion resistance, the frame is closed / PE net embroidered with thread embroidered D6 so that the distance between the net and the metal frame tightly and strong, there are 2 trap nets mouth is located on the left and right. Shape into mengkerucut and serves as the entrance crab, crab spots or shellfish (conch) and lobster. Frame traps are made permanent and can not be easily opened and closed, making it easier for fishermen baiting the hook bait and spread it out into the sea that is environmentally friendly fishing gear.Commonly used trap nets to catch the crab, but also in the development trap nets used to catch conch and lobster catch, by the way:Hook the door opened, there was room for the feed iron, pairs of fish (a foul-smelling) stick on iron feed the fish as much as 2 to 4 (Proportional), then closed the door, then enter the traps to the ocean. Keep in mind trap nets is one of the environmentally friendly fishing gear.Dipantura island of Java is generally in 1 boat (traditional fishing boat) using 200 to 300pcs trap nets are tied into the main rope 6ml.In order to establish mutually beneficial cooperation in the future, we are ready for the call.

Product Description
1. Bubu nets 32 BoxSize:Length Width 32cmx 48cmxTinggi19cmFramework Body: Zinc No.8 wireKeywords: Zinc wire 10Feed: Zinc wire 12Nets: PE D6 1 ¼ "

2. Bubu nets 32 Box CombinationSize:Length Width 32cmx 48cmxTinggi19cmFramework Body: Zinc No.8 wireCross Lower body: Zinc wire 10Keywords: Zinc wire 10Feed: Zinc wire 12Nets: PE D6 1 ¼ "

 3. Nets Wadong Bubu Great Responsibility (WTB)Size:Width 30cmx long 45cmxTinggi18cmFramework Body: Zinc No.8 wireKeywords: Zinc wire 10Feed: Zinc wire 12Nets: PE D6 1 ¼ ".

 4. The net liability Bubu Wadong Minor (WTK)Size:Width 30cmx long 45cmxTinggi18cmFramework Body: Zinc wire 10Keywords: Zinc wire 10Feed: Zinc wire 12Nets: PE D6 1 ¼ "

 5. Bubu nets Keong (KK) Size:Width 23cmx long 35cm x Tinggi 14cm Framework Body: Zinc No.8 wireKeywords: Zinc wire 10Feed: Zinc wire 12Nets: PE D6 1 ¼ "

6. and other measures that can be ordered according to the customer's desire for more info contact us belowReleased 

Info & Order
 EKA plastik
Jl. Puri Langgeng IX No.13 Cirebon
Jl. Citemu 19 Cirebon 
Hp. 08115007600 
sms/Wa. 0817260782
BBM = d0216a9e

Cathcher

Catcher Technology Rajungan Environmentally Friendly
                               

Indonesia has a swimming crab catcher Environmentally Friendly Technology
From Cirebon in Indonesia arrests Rajungan introduce environmentally friendly technology , called traps , wadong , bintur to fishermen from Sabang to Merauke to address the threat of exploitation of marine fisheries in Indonesia
This trap technology has been applied on the northern coast of Java that results are very satisfactory , the net bubu many other sectors as a supporter of starting fish for bait , ice cubes and other iindustri sebainya as well as environmentally friendly plastic mesh traps eka production has increased income of fishermen both large , medium and small its impact on the welfare of fishermen and state revenues through increased exports of marine products amounted to 2.47 trillion of this sector in 2012 continued to increase from year to year before

bubu wadong gear operation is similar to the trap . Traps are made ​​of galvanized iron wire for the frame , pe coated nets , embroidered with thread d6 typically used traditional fishermen .
Wadong traps can be installed to a depth of more than 40 meters while the traditional trap only reach a depth of three meters .

In addition to environmentally friendly because coastal waters will be maintained, trap nets also creates cooperation among fishermen to reduce conflicts arising from the seizure of fishing area .

Fishing economy also increased because of the catch obtained in fresh condition and can be sold at a high price , How the net traps , he is very easy as just putting bait fishing hook in place and buttoned , trap nets put into the ocean and swimming crabs went into the trap , so crab in fresh condition can be harvested every day .

Rajungan arrests were carried out using a variety of traditional fishing gear can lead to lower stock Rajungan Jumbo and environmental degradation .
In Java currently has installed 30 thousand / month Net Nanny along the northern coast of Java and Rajunganya production contributed the most .

Wadong own trap nets produced by Eka plastic traps a group of fishing effort that can produce up to 100 thousand net trap / month because the quality has been tested at sea and flexsibel size depends on the situation and the sea itself EKA aspire plastic nets production bubu can be exported to various countries in the world that can be enjoyed by fishermen all over the world .

for info and booking

EKA plastik
Jl. Puri Langgeng IX No.13 Cirebon
Jl. Citemu 19 Cirebon 
Hp. 08115007600 
sms/Wa. 0817260782
BBM = d0216a9e
https://www.facebook.com/jaring.bubu.eka.plastik
https://sumberdayalaut.blogspot.com/

Teknologi Perangkap Rajungan Ramah Lingkungan

Teknologi Penangkap Rajungan Ramah Lingkungan




Indonesia memiliki Teknologi Penangkap Rajungan Ramah Lingkungan
Dari Cirebon untuk Indonesia memperkenalkan teknologi penangkapan Rajungan ramah lingkungan, disebut bubu, wadong, bintur kepada nelayan dari sabang sampai merauke untuk mengatasi ancaman ekspoitasi perikanan di laut Indonesia
Teknologi bubu ini telah diterapkan di pantai utara jawa yang hasilnya sangat memuaskan, adanya jaring bubu banyak sektor-sektor lain sebagai pendukung dari mulai ikan untuk umpan, iindustri es batu dan lain sebainya selain juga ramah lingkungan jaring bubu produksi eka plastik telah berhasil meningkatkan penghasilan nelayan baik yang besar, sedang dan kecil imbas nya pada kesejahteraan para nelayan dan pendapatan negara melalui peningkatan ekspor hasil laut sebesar 2,47 Triliun dari sektor ini ditahun 2012 terus meningkat dari tahun ke tahun sebelumnya

bubu wadong merupakan alat tangkap yang pengoperasiannya mirip dengan perangkap. Bubu yang terbuat dari besi kawat galvanis untuk rangkanya, dilapisi jaring pe, disulam dengan benang d6 biasanya digunakan nelayan tradisional.
Bubu wadong dapat dipasang sampai kedalaman lebih dari 40 meter sedangkan perangkap tradisional hanya mencapai kedalaman tiga meter.

Selain ramah lingkungan karena perairan pantai tetap terjaga, jarring bubu juga menciptakan kerjasama antar nelayan sehingga mengurangi konflik yang timbul akibat perebutan wilayah penangkapan.

Perekonomian nelayan juga meningkat karena hasil tangkapan yang diperoleh dalam kondisi segar dan dapat dijual dengan harga tinggi, Cara kerja jaring bubu, menurutnya sangat mudah karena nelayan hanya menaruh umpan ditempat pengait lalu dikancing, jaring bubu dimasukan ke laut dan rajungan pun masuk ke perangkap, sehingga Rajungan dalam kondisi segar dapat dipanen setiap hari.

penangkapan Rajungan yang dilakukan nelayan tradisional dengan menggunakan berbagai alat tangkap dapat mengakibatkan penurunan stok Rajungan Jumbo dan degradasi lingkungan.
Di Wilayah Jawa saat ini telah terpasang 30 ribu/bulan Jaring Bubu di sepanjang pantai Utara Jawa dan produksi Rajunganya memberi kontribusi terbesar.

Jaring bubu wadong sendiri diproduksi oleh Eka plastik bubu sebuah kelompok usaha nelayan yang bisa memproduksi jaring bubu hingga 100 ribu /bulan karena mutu dan kualitas sudah teruji di laut serta ukuran yang flexsibel tergantung dari situasi laut itu sendiri dan EKA plastik bercita-cita jaring bubu produksi bisa diekspor ke berbagai Negara didunia sehingga bisa dinikmati oleh nelayan di seluruh dunia.

Kami Siap Bekerja Sama Melayani Partai Kecil, Eceran, Grosir, Reseler/Dropship, & Proyek Pengadaan Tender Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah


EKA plastik
Jl. Puri Langgeng IX No.13 Cirebon
Jl. Citemu 19 Cirebon 
Hp. 08115007600 
sms/Wa. 0817260782
BBM = d0216a9e
https://www.facebook.com/jaring.bubu.eka.plastik

https://sumberdayalaut.blogspot.com/
\         
                                       

BATAS WILAYAH DI 193 TITIK DASAR & 92 PULAU TERLUAR


Majulah Maritim Indonesia

Indonesia Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia dan menurut United Nation Convention on The Law of The Sea ( UNCLOS) 1992. konsekuensinya, penetapan titik-titik pangkal terluar juga merupakan kerja cukup berat dan tidak mudah. Menurut hukum laut internasional, jarak dua titik berdekatan–jika ditarik garis lurus-maksimal 100 mil laut.
Pekerjaan besar itu harus melibatkan para ahli hukum untuk memastikan posisi titik-titik tersebut. Proses selanjutnya, mendaftarkanya kesekretariat PBB untuk memenuhi asas publisitas dengan publikasi disitus resmi.
Disitus itulah pekerjaan para ahli diuji, diteropong Negara tetangga apakah penetapan titik pangkal yang akan menjadi dasar batas wilayah dan kedaulatan itu bermasalah. “ dari 193 Titik pangkal yang didepositkan di PBB, tidak satupun yang disengketakan Negara tetangga,” kata Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Kordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Sobar Sutisna yang juga anggota Tim perunding Batas Maritim.
Sebelum menentukan 193 titik pangkal itu, tim yang diantaranya melibatkan Bakosurtanal dan Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut menyurvei lebih dari 300 titik sepanjang tahun 1996-1999. sebagai dasar survey tim memanfaatkan data Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Sebelum sempat didaftarkan disekretariat PBB, data direvisi karena sengketa Kepemilikan Pulau Sipadan & Ligitan yang keduanya akhirnya diputuskan menjadi milik Malaysia. Akibatnya tiga titik pangkal di sipadan dan ligitan diganti dipulau Sebatik dan Karang Unarang.
Keputusan itu memberi wilayah laut lebih besar karena titik dasar dipulau Bunyu diganti dipulau Maratau yang tarikan garis penghubungnya dari karang Unarang menjadi lebih panjang memoyong laut.
Berdasarkan kesepakatan UNCLOS, titik pangkal ada dititik terluar pulau terluar sebuah Negara dan Indonesia memiliki 92 pulau terluar yang berbatasan langsung dengan 10 Negara.
Posisi titik pangkal disepakati pada posisi air surut terendah. Titik koordinat ditetapkan disana menurut Sobar terjadinya air surut terendah itu memiliki siklus 18,6 tahun artinya tidak sewaktu-sewaktu titik pangkal dapat dilihat langsung bahkan sangat sulit.
Menurut ahli hukum laut internasional Hasjim Djalal, penetapan titik pangkal sangat penting karena merupakan elemen penting perundingan batas wilayah kedaulatan sebuah Negara. Dari titik-titik itulah wilayah kedaulatan NKRI ditentukan. Oleh karena itu pascapenetapan titik pangkal Negara perlu terus memantau atau mengidentifikasi keberadaanya.
Sesuai dengan namanya titik pangkal menjadi dasar penarik garis batas berjarak 12 mil kearah laut lepas merupakan kawasan territorial, sejauh 24 mil merupakan Zona tambahan lalu 200 mil merupakan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dengan bagian dasarnya merupakan batas landas kontinen.
Atas dasar kesepakatan internasional itu kehilangan pulau terluar karena tenggelam tidak mempengaruhi wilayah kedaulatan sebuah Negara. “sebagai daratan memang hilang, tetapi hak kedaulatan atas laut tidak” kata Hasjim
Pasalnya hukum laut internasional mengakui 5 hal yakni kedaulatan darat, laut, dasar laut, udara dan semua sumberdaya yang ada didalamnya. Seluruh kandungan sumber daya alam dalam batas landas kontinen adalah milik NKRI. Seluruh aktifitas dikawasan itu harus seizing Pemerintah RI.
Faktor utama dan penting terkait kedaulatan Negara adalah pengawasan efektif. Kunjungan berkala kekawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar meski tak berpenghuni amat dianjurkan. Mantan mentri Kelautan & Perikanan Sarwono kusumaatmadja berkisah saat masih menjabat ia berkunjung kesebuah pulau di Kalimantan Barat seorang bapak tua disana mengaku tidak tahu nama gubernurnya. Presiden yang ia kenal pun Soekarno. Namun ia kenal baik nama-nama nakhoda kapal nelayan Thailand berikut nomor lambung kapalnya karena sering mengangkut warga sakit.
Oleh karena itu kehadiran nyata pemerintah diwilayah perbatasan mutlak adanya berpenghuni atau tidak selama ada pengawasan berkala tak perlu khawatir pencaplokan pulau oleh Negara lain. “ada persepsi salah, seakan-akan kepemilikan sebuah pulau tergantung dari ada-tidaknya penduduk kata Sobar
Soal pengawasan yang membuat sipadan dan ligitan yang jatuh ketangan Malaysia. Pemerintah inggris saat menguasai Malaysia tercatat beraktifitas di dua pulau itu sementara Hindia Belanda tidak Adapun pulau miangas yang secara geografi lebih dekat dengan Filipina tetap menjadi Wilayah NKRI karena Hindia Belanda memiliki bukti aktifitas disana. Berkaca pada pengalaman Hasjim mengingatkan, pemantauan efektif dipulau-pulau terluar dan batas-batas wilayah RI harus dilakukan insentif berbuatlah sesuatu sebelum perkara muncul.

Perikanan Rajungan Di Indonesia

Rajungan merupakan hasil laut yang dapat diandalkan sebagai komoditi perikanan laut yang dapat menghasilkan devisa dan mempunyai potensi yang besar untuk sebagai komoditi ekspor bagi NKRI.
Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, perikanan beberapa jenis kepiting sudah menjadi perikanan andalan dan menghasilkan devisa yang tidak sedikit bagi Negara tersebut karena disamping teknologi yang memadai didukung juga SDM dan Alat Tangkap yang bisa meningkatkan hasil tangkap secara signifikan.

Ada Empat golongan kepiting komersial yang menjadi andalan perikanan kepiting di Amerika Serikat, yaitu
1. blue crab (kepiting biru) termasuk suku Portunidae yang merupakan satu suku dengan rajungan dan kepiting Indonesia.,
2. king crab, tidak terdapat diperaiaran kita dan satu bangsa dengan kelomang, termasuk kedalam suku Lithodidae, marga Paralithodes
3. tanner crab terdiri atas sedikitnya tiga jenis yaitu Chionoecetes bairdi, C. apilio dan C.tanneli, kesemuanya termasuk suku Majidae.
4. Dungeness crab Atau Market Crab adalah kepiting dari jenis Cancer magister dari suku Cancridae.

Walaupun Indonesia tidak seperti perikanan kepiting di Amerika, Di beberapa Laut kita seperti di wilayah sebagian besar pantai utara pulau jawa, pantai sulawesi hasil rajungan perlu diperhitungkan sebagai hasil perikanan. Tentu ini perlu mengembangkan daerah-daerah baru diseluruh wilayah NKRI karena pasar produk rajungan di Indonesia cukup terbuka lebar tetapi karena hasil perikanan ini masih kecil skalanya,

Pengelolaan Sumberdaya Rajungan
Beberapa Cara menangkap Rajungan yang dilakukan oleh para nelayan disebagian besar Peraiaran laut Indonesia di antaranya :
1. Jaring Kejer merupakan jenis jaring yang dilengkapi pelampung dan pemberat yang dapat menghadang ruaya rajungan. Jaring ini dipasang pada malam hari ditebar dilaut pada sore hari dan keesokan harinya sebelum matahari terbit diangkat kembali. Kelemahan dari alat ini adalah jaring kejer cepat rusak, hasilnya juga kurang maksimal, kelebihan dari alat ini yaitu praktis
2. Garuk/Garok, alat ini digarukan sepanjang dasar laut dengan perahu motor yang bergerak perlahan-lahan sehingga rajungan yang terdapat didasar laut ikut tergaruk dan tertangkap. Bersama Rajungan banyak jenis hewan dasar lain ikut tertangkap. Alat ini termasuk alat pembasmi dan merusak keseimbangan ekosistem laut kelebihan alat ini alat ini tidak
3. Jaring Bubu atau Wadong/Wuwu atau Bintur alat ini disebut juga jarring angkat atau Lift-net. Alat tangkap inilah sekarang yang paling banyak dipakai oleh nelayan sebagai perangkap untuk menangkap rajungan karena alat ini sangat membantu nelayan dalam hal peningkatan hasil tangkap rajungan sangat signifikan dibandingkan kedua alat diatas, kelemahan alat tangkap ini yaitu Bubu sebagai jaring perangkap memerlukan umpan yaitu ikan, hal ini kalau dipasaran tersedia ikan tidak ada masalah akan tetapi pada waktu belum musim ikan hal ini akan membingungkan para nelayan. Bubu ada yang berbentuk Persegi, atau Bulat terbuat dari bahan kawat yang dilapisi oleh bahan jaring PE.

PENGELOLAAN TERUMBU KARANG PERLU DUKUNGAN SEMUA PIHAK


PENGELOLAAN TERUMBU KARANG PERLU DUKUNGAN SEMUA PIHAK
13/10/2009 - Kategori : Siaran Pers (sumber dari www.dkp.go.id)

Keberadaan area Coral Triangle (CT) perlu dijaga karena memiliki multi fungsi, antara lain
1. pendukung mata pencaharian alternatif dan keamanan makanan masyarakat di wilayah tersebut,
2. daya tarik wisatawan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
3. melindungi masyarakat pesisir dari kerusakan yang disebabkan badai tropik dan tsunami, dan
4. sarana masuknya investasi.
Simposium ini dilaksanakan sebagai bagian untuk menghasilkan solusi yang lebih baik dalam pengelolaan terumbu karang, terutama di area CT sebagai salah satu pusat keanekaragaman laut di dunia. Perlindungan dan pengelolaan keberlanjutan terumbu karang tidak terbatas tanggungjawab Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), melainkan perlu keterlibatan seluruh stakeholders kelautan dan perikanan, instansi terkait, peneliti, masyarakat, dan Pemerintah Daerah serta dukungan dunia internasional. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi saat membuka “Coral Reef Management Symposium on CT Area and Indonesian Ocean Policy Workshop” di Jakarta (12/10).

Sebelumnya, Indonesia sebagai inisiator CT, sukses menyelenggarakan World Ocean Conference (WOC) dan CT Inisiative Summit bulan Mei lalu di Manado, diantaranya menghasilkan Leaders Declaration of CT, dan diadopsinya Regional Plan of Action (RPOA) oleh 6 kepala negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua New Guine, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste) atau disebut CT-6. Sebagai salah satu pusat keanekaragaman laut di dunia, CT memiliki luas 75.000 km2, lebih dari 500 spesies terumbu karang dan dihuni lebih dari 3000 spesies ikan. Selain itu, terumbu karang di area tersebut merupakan sumber pangan bagi 120 juta penduduknya, tempat pemijahan ikan tuna dan sumber ekonomi regional dengan perkiraan perputaran uang mencapai US$ 2,3 milyar per tahunnya.

Sebagai “etalase” terumbu karang dunia, Indonesia memiliki 82 genera dan 590 spesies karang keras yang tersebar pada 74.748 km2 atau setara dengan 18 persen dari luasan terumbu karang dunia. Namun demikian, keberadaan terumbu karang di Indonesia juga mengalami tingkat kerusakan dan ancaman yang tinggi setiap tahunnya. Tingginya ancaman dan kerusakan terumbu karang sebagian besar disebabkan prilaku manusia, seperti eksploitasi karang untuk pondasi rumah, pengerasan jalan, pembuatan kapur, penggunaan alat tangkap yang merusak (destructive fishing) seperti bom dan potasium, ekspolitasi sumberdaya secara berlebih, dan pembuangan limbah domestik dan industri ke perairan. Kerusakan terumbu karang berdampak terhadap keberlangsungan hidup sumberdaya laut yang menjadikan ekosistem tersebut sebagai rumah, tempat mencari makan, tempat memijah, serta rantai makanan lain yang terjadi di ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem terumbu karang secara terus menerus, tanpa adanya upaya rehabilitas dan konservasi akan berdampak terhadap penurunan stok ikan (baik keragaman, ukuran, dan jumlahnya), yang pada akhirnya berakibat pada penurunan pendapatan masyarakat setempat.

Dalam upaya mencegah dan menekan tingkat kerusakan terumbu karang, Indonesia melalui DKP melaksanakan program penyelamatan terumbu karang melalui Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II (COREMAP II). Program yang tersebar di 16 kabupaten/kota dan 7 propinsi ini memiliki tujuan untuk menjaga dan mengkonservasi keanekaragaman hayati serta mengelolanya secara berkelanjutan, memperkuat kapasitas masyarakat dan institusi lokal, dan menurunkan tingkat kemiskinan di masyarakat pesisir. Program penyelamatan terumbu karang yang terbagi dalam 3 komponen (penguatan kelembagaan, pengelolaan berbasis masyarakat dan kolaboratif, dan penyadaran masyarakat-pendidikan dan kemitraan bahari) ini dilaksanakan dengan melibatkan berbagai institusi (Pemerintah dan Non Pemerintah) di tingkat desa hingga pusat. Dalam program ini, masyarakat pesisir ditempatkan sebagai pelaku utama kegiatan yang mendukung pelestarian sumberdaya, sehingga menimbulkan kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut.

Program penyelamatan terumbu karang dan ekosistemnya tidak terbatas menjadi program nasional, tetapi juga merukan program internasional. Dalam rangka mendukung hal tersebut, COREMAP II berinisiasi menyelenggarakan simposium internasional untuk mencari solusi yang tepat dalam pengelolaan terumbu karang dengan melibatkan semua pihak. Dalam simposium ini akan dibahas beberapa topik diskusi, yaitu: pengelolaan terumbu karang, monitoring dan penilaian terumbu karang di sekitar area CT, adaptasi terumbu karang terhadap perubahan iklim, efektifitas kawasan konservasi laut dan jejaringnya, dan perbaikan dan restorasi terumbu karang. Dalam rangkaian Simposium, semenjak tanggal 9 Oktober 2009 COREMAP II juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya: cerdas cermat, duta karang, pameran yang diikuti seluruh daerah program lokasi penyelamatan terumbu karang, lomba karaoke, dan saresehan nasional masyarakat terumbu karang. Kegiatan tersebut semuanya dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan peran serta masyarakat dalam mendukung program penyelamatan terumbu karang dan ekosistemnya, terutama generasi muda sehingga harapan COREMAP II sebagaimana mottonya “terumbu karang sehat, ikan melimpah, dan masyarakat sejahtera” dapat segera terwujud.

Jakarta, 12 Oktober 2009

Narasumber/Sumber:

1. Direktur Konservasi dan Taman Nasional Laut, Ditjen KP3K DKP
(Ir. Agus Darmawan, M.Si/HP08158700095)
2. Direktur PMO COREMAP II (Ir. Yaya Mulyana/HP.08129606147)
3. www.dkp.go.id
4. www.coremap.or.id

DATA DUKUNG
Tabel 2. Status kondisi terumbu karang di Indonesia, tahun 2006-2008

Tahun Status (%) Keterangan
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
2006 5,23 24,26 37,34 33,17 Sampling di
841 lokasi
2007 5,51 25,11 37,33 32,05 Sampling di
908 lokasi
2008 5,48 25,48 37,06 31,98 Sampling di
985 lokasi

Keterangan:

Sangat baik : 75 – 100% tutupan karang hidup

Baik : 50 – 74% tutupan karang hidup

Cukup : 25 – 49% tutupan karang hidup

Kurang : 0 – 24% tutupan karang hidup
3. Dalam rangka upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, tahun 2008 telah terbentuk kawasan konservasi laut seluas 7,2 juta ha dan tahun 2009 menjadi 13,5 juta ha.

4. Didalam RPOA terdapat 5 (lima) tujuan utama, yaitu: pengelolaan bentang laut (seascape) prioritas pada kawasan laut; pengelolaan perikanan berbasis ekosistem; penetapan dan pengelolaan efektif kawasan konservasi laut dan jejaringnya (Marine Protected Area and its networks); adaptasi terhadap perubahan iklim; dan mempertahankan terhadap menurunnya spesies langka (threatened species) serta mengupayakan peningkatannya.

5. COREMAP I diluncurkan secara resmi pada tanggal 1 September 1998. Sedangkan untuk COREMAP II, kabupaten yang terlibat didanai oleh World Bank (WB) adalah Selayar (Sulawesi Selatan), Pangkajene (Sulawesi Selatan), Buton (Sulawesi Tenggara), Sikka (Nusa Tenggara Timur), Biak (Papua), dan Raja Ampat (Papua), serta kabupaten Buton dan Wakatobi. Sedangkan untuk kabupaten yang didanai oleh Asia Development Bank (ADB) adalah: Kota Batam (Kepulauan Riau), Bintan (Kepulauan Riau), Natuna (Riau), Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat Tapanuli Tengah (Sumatra Utara) dan Mentawai (Sumatra Barat).

NADRAN SEBAGAI PESTA LAUT DAN IDENTITAS KEARIFAN LOKAL





PESTA LAUT

Sudah menjadi tradisi turun-temurun masyarakat nelayan bahwa sedekah laut merupakan ritual setiap tahun, dimana dalam ritual nadran atau pesta laut wujud rasa syukur atas hasil laut yang berlimpah terhadap sang pemberi rezeki dengan membuat miniatur perahu yang dihias berbagai rupa diantaranya kepala kerbau dan sesaji yang diarak ke tengah laut.
Miniatur Perahu atau pecunan (dalam bahasa Cirebon) disiapkan masyarakat nelayan Sepanjang pantai Cirebon untuk ritual tahunan Nadran atau pesta laut, pecunan/miniatur perahu dihias sedemikian rupa seperti aslinya dan diisi kepala kerbau dan berbagai macam makanan dan minuman serta sesaji untuk di jeburkan ketengah laut sebuat wujud rasa syukur kepada sang pencipta, sebelum pecunan di arak dan bermuara ketengah laut juru kunci sebelumnya melakukan ritual membakar kemenyan dan membaca mantra dan kemudian pecunan diarak diikuti oleh berbagai simbol-simbol laut dan budaya nelayan bersama masyarakat nelayan tua,muda, pria dan wanita, anak2 semuanya melakukan karnaval diiringi musik tradisional dan modern dan larut dalam kegembiraan samapai dipantai dan dilanjutkan dengan konvoi perahu sampai acara penjeburan dan perebutan makanan dilaut yang kepercayaan masyarakat nelayan ada berkah bilamana mendapatkan makanan aksi perebutan makanan dan minuman dilautpun tak terhindari.
acara dilanjutkan dengan pagelaran kesenian tradisional seperti Wayang kulit/golek, Sandiwara, Orkes dangdut dan lain sebagainya guna memeriahkan dan menghibur masyarakat nelayan setelah selama 1 tahun berkutat memeras keringat dilaut.
Dan acara pagelaran wayang, orkes dangdut dan tarlingan merupakan bagian dari menjaga budaya yang harus diwariskan anak cucu dibawah gempuran kebudayaan asing yang semakin mengancam keberadaan kebudayaan tradisional sebagai identitas budaya lokal disamping ritual nadran itu sendiri (oleh Oman Panorama AAG – sumberdayalaut.blogspot.com)

BUBU, WADONG, BINTUR


Kami, EKA plastik adalah merupakan produsen Jaring Bubu, atau yang mempunyai nama lain dengan sebutan Jaring Wuwu, Jaring Wadong, Jaring Bintur.
Jaring produk kami merupakan hasil kerajinan tangan, dibuat dengan bermacam-macam bentuk dan ukuran, sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen. Bubu dibuat dari kerangka besi (kawat seng) tahan karat, kerangka tersebut ditutup / disulam dengan jaring PE benang D6 disulam sehingga jarak antar jaring maupun dengan kerangka besi rapat dan kuat, mulut jaring bubu ada 2 terletak disisi kiri dan kanan. Bentuknya mengkerucut kedalam dan berfungsi sebagai jalan masuk rajungan, kepiting totol ataupun kerang (keong) dan lobster. Rangka bubu dibuat tidak permanen dan dapat mudah untuk dibuka dan ditutup, sehingga memudahkan nelayan memasang umpan pada pengait umpan dan menebarnya ke laut yang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Jaring bubu umumnya digunakan untuk menangkap rajungan, tapi dalam perkembangannya jaring bubu juga digunakan untuk menangkap keong dan menangkap Lobster, dengan cara:
Pengait pintu dibuka, disana terdapat besi tempat umpan, pasang ikan (yang berbau menyengat) tusukkan pada besi umpan sebanyak 2 sampai 4 ikan (Proporsional), selanjutnya pintu ditutup, selanjutnya masukkan bubu ke laut. Perlu di ingat Jaring bubu adalah satu diantara alat tangkap yang ramah lingkungan.
Dipantura pulau jawa umumnya dalam 1 perahu (perahu nelayan tradisional) menggunakan 200 sampai 300Pcs jaring bubu yang diikat dalam tali utama 6ml.
Untuk bisa menjalin kerjasama saling menguntungkan pada masa mendatang, kami siap dihubungi.







Keterangan Produk
1. Jaring Bubu 32 Kotak
Ukuran:
Lebar 32cmx Panjang 48cmxTinggi19cm
Kerangka Body : kawat Seng No.8
Kunci : kawat Seng No.10
Umpan : kawat Seng No.12
Jaring : PE D6 1¼”
2. Jaring Bubu 32 Kotak Kombinasi
Ukuran:
Lebar 32cmx Panjang 48cmxTinggi19cm
Kerangka Body : kawat Seng No.8
Palang Bawah body : kawat Seng No.10
Kunci : kawat Seng No.10
Umpan : kawat Seng No.12
Jaring : PE D6 1¼”
3. Jaring Bubu Wadong Tanggung Besar (WTB)
Ukuran:
Lebar 30cmx panjang 45cmxTinggi18cm
Kerangka Body : kawat Seng No.8
Kunci : kawat Seng No.10
Umpan : kawat Seng No.12
Jaring : PE D6 1¼”
4. Jaring Bubu Wadong Tanggung Kecil (WTK)
Ukuran:
Lebar 30cmx panjang 45cmxTinggi18cm
Kerangka Body : kawat Seng No.10
Kunci : kawat Seng No.10
Umpan : kawat Seng No.12
Jaring : PE D6 1¼”
5. Jaring Bubu Keong (KK)
Ukuran:
Lebar 23cmx panjang 35cmxTinggi14cm
Kerangka Body : kawat Seng No.8
Kunci : kawat Seng No.10
Umpan : kawat Seng No.12
Jaring : PE D6 1¼”
6. dan ukuran lainya yang bisa dipesan sesuai dengan keinginan pelanggan untuk info hubungi kami dibawah ini


EKA plastik
Jl. Puri Langgeng IX No.13 Cirebon
Jl. Citemu 19 Cirebon 
Hp. 08115007600 
sms/Wa. 0817260782
BBM = d0216a9e
https://www.facebook.com/jaring.bubu.eka.plastik
https://sumberdayalaut.blogspot.com/